1. Pengertian
Asesmen
kinerja merupakan penilaian terhadap proses perolehan penerapan pengetahuan dan
keterampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukkan kemampuan siswa dalam
proses dan produk. Asesment kinerja pada prinsipnya lebih ditekankan pada proses
keterampilan dan kecakapan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Asesmen
ini sangat cocok digunakan untuk menggambarkan proses, kegiatan, atau unjuk kerja.
Proses, kegiatan, atau unjuk kerja ini dinilai melalui pengamatan terhadap siswa
ketika melakukannya. Penilaian unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil
pengamatan penilai terhadap siswa ketika melakukannya. Misalnya, penilaian terhadap
kemampuan siswa merangkai alat praktikum untuk percobaan sederhana dilakukan
selama siswa merangkai alat, bukan sebelum atau setelah merangkai alat. (Ari
Widodo, dkk. 2008: 152)
Dalam pembelajaran
di kelas, guru tidak hanya mengukur aspek kognitif, tetapi juga harus mengukur
aspek afektif secara keseluruhan (aspek kognitif, afektif, dan psikomotor)
digunakan asesmen kinerja saat siswa melakukan unjuk kerja, untuk menilai
afektif dan psikomotor dengan menggunakan paper and pencil test untuk mengukur pemahaman
konsepnya. Sama dengan pendapat di atas Linn dan Gronlund mengatakan
bahwa, “Assessment is a general term that includes the full range of
procedures used to gain information about student learning (observations, ratings
of performances or projects, paper and pencil tests) and the formation of value
judgements concerning learning progress” (Linn & Gronlund, 1995: 5).
Menurut Stiggins
(1994), “performance assessment adalah suatu bentuk tes dimana siswa diminta untuk
melakukan aktivitas khusus di bawah pengawasan penguji (guru) yang akan mengobservasi
penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar yang
ditunjukkannya. Hal-hal yang harus
dipahami tentang asesmen kinerja adalah kita mendesain dan
mengembangkan asesmen kinerja sebagai cara yang efisien dan efektif untuk menilai
(bukan keseluruhan) hasil-hasil dari proses pendidikan yang dipandang berguna.”
Dalam buku
Ari Widodo, dkk (2008: 153) menjelaskan bahwa berdasarkan cara melaksanakan
asesmen kinerja, dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. Asesmen Kinerja
Klasikal untuk mengakses kinerja siswa secara keseluruhan dalam satu kelas.
b. Asesmen Kinerja
Kelompok untuk mengakses kinerja siswa secara berkelompok.
c. Asesmen
Kinerja Individu untuk mengakses kinerja siswa secara individu.
2. Karakteristik
dan Sifat Penilaian Kinerja
Menurut Stiggins
(1994:160), salah satu karakteristik penilaian kinerja siswa adalah dapat
digunakan untuk melihat kemampuan siswa selama proses pembelajaran tanpa harus
menunggu sampai proses tersebut berakhir.
Karakteristik
penilaian kinerja menurut Norman (dalam Siti Mahmudah,
2000:18)
adalah
a) Tugas-tugas
yang diberikan lebih realistis atau nyata;
b) Tugas-tugas
yang diberikan lebih kompleks sehingga mendorong siswa untuk berpikir dan ada
kemungkinan mempunyai solusi yang banyak;
c) Waktu
yang diberikan untuk asesmen lebih banyak;
d) Dalam
penilaiannya lebih banyak menggunakan pertimbangan.
3. Manfaat
dan Kelebihan Asesmen Kinerja
Asesmen
kinerja memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai tugas untuk
memperlihatkan kemampuan keterampilan yang berkaitan dengan tugas atau kegiatan
yang harus dikerjakan. Artinya, asesmen kinerja mengarah pada kemampuan baik
psikomotor, afektif, maupun kognitif. Dengan demikian melalui asesmen kinerja
guru dapat menilai siswa tidak hanya dari segi kognitif saja yang membuat
penilaian seringkali tidak adil.Keunggulan asesmen kinerja sebagaimana diungkapkan
Stiggins (1994) bahwa penggunaan asesmen kinerja di dalam kelas membuat guru
lebih percaya diri dan menyukai kualitas asesmen kinerja.
4. Kriteria
Penilaian Kinerja
Penilaian
kinerja digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui penugasan (task). Dalam
menilai kinerja siswa tersebut, perlu disusun kriteria. Kriteria yang menyeluruh
disebut rubric. Dengan demikian wujud asesmen kinerja yang utama adalah task
(tugas) dan rubrics (kriteria penilaian). Tugas-tugas kinerja digunakan untuk memperlihatkan
kemampuan siswa dalam melakukan suatu keterampilan tentang sesuatu dalam bentuk
nyata. Selanjutnya rubrik digunakan untuk memberikan keterangan tentang hasil
yang diperoleh siswa (Zainul, 2001:9-11).
Ada beberapa
kriteria yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian kinerja
antara lain: generalizability atau keumuman, authenticity atau keaslian/nyata, muliple
focus (lebih dari satu fokus), fairness (keadilan), teachability (bisa tidaknya
diajarkan), feasibility (kepraktisan), scorability atau bisa tidaknya tugas
tersebut diberi skor (Popham, 1995:147).
5. Langkah-langkah
Penyusunan Asesmen Kinerja
Untuk
merealisasikan Asesmen Kinerja dimulai dengan membuat perencanaan asesmen
kinerja yang meliputi tiga fase, yaitu:
a. Fase I :
mendefinisikan kinerja
Pada tahap
ini ditentukan jenis kinerja yang ingin dinilai. Misalnya kemampuan menggunakan
alat praktikum seperti mikroskup, dapat diurai menjadi: membawa mikroskop dengan
benar, menggunakan lensa dengan pembesaran kecil terlebih dahulu, mengatur
pencahayaan, memasang preparat, dan memfokuskan bayangan benda.
b. Fase II :
mendesain latihan-latihan kinerja
Setelah kinerja
yang akan dinilai ditentukan, kemudian menyediakan pembelajaran yang
memungkinkan aspek kinerja yang akan dinilai dapat muncul. Misalnya dari fase I
tersebut, latihan kinerja didesain dengan praktikum menggunakan mikroskop.
c. Fase III
: melakukan penskoran dan pencatatan hasil
Asesmen
kinerja bersifat lugas (fleksibilitas) dalam pengembangan bagian-bagiannya,
tetapi ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika meninjau faktor-faktor konteks
dalam rangka pengambilan keputusan tentang kapan mengadopsi metode-etode asesmen
kinerja. Pada dasarnya faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam proses
seleksi asesmen sesuai dengan sasaran prestasi untuk siswa dan juga dengan
metodologi asesmen kinerja.
6. Validitas
dan Reliabilitas dari Performance Assessment
Validitas
adalah segala sesuatu yang menitikberatkan pada informasi yang diperoleh dari suatu
penilaian yang mengijinkan guru untuk mengkoreksi suatu keputusan tentang
belajar siswa. Salah satu faktor yang dapat mengurangi validitas dari performance
assessment adalah bias. Bias adalah kesalahan guru dalam menginterpretasikan kinerja
siswa karena dalam satu kelompok siswa dipertimbangkan dalam kriteria yang
berbeda atau dinilai pada karakteristik yang berbeda. Jika instrumen penilaian
yang memberikan informasi tidak relevan dalam mengambil keputusan maka
instrument tersebut tidak valid. Dalam penilaian performance assessment,
seorang guru harus memilih dan menggunakan prosedur yang adil pada seluruh siswa
tapa membedakan latar belakang kebudayaan, bahasa, dan jenis kelamin. Selain
itu faktor lain yang dapat menimbulkan kesalahan dalam validitas performance
assessment adalah kegagalan guru dalam memasukkan atau memberikan penilaian
kinerja siswa.
Daftar Pustaka
Popham, W.
1995. Classroom Assessment. Boston: Allyn and Bacon.
Riadi, Muchlisin.
2012. Penilaian Kinerja (Performance Assessment) http://www.kajianpustaka.com/2012/11/penilaian-kinerja-performance-assessment.html
diunduh pada tanggal 18 April 2013
Stiggin,
R.J.1994. Student-Centered Classroom Assessment. New York: Mac Millan College Publishing
Company.
Widodo, Ari, Sri, dan Margaretha. 2008. Pendidikan IPA
di SD (Bahan Belajar Mandiri). Bandung: UPI Press.
Zainul,
Asmawi. 2001. Alternative Assessment. Jakarta: Universitas Terbuka.


